Minggu, 03 Januari 2021

Tahun Ujian Terberat Menpora

 


Oleh Gungde Ariwangsa SH

Tahun telah berganti. Dengan beralihnya tahun dari 2020 ke 2021 maka sudah setahun lebih Zainudin Amali mengemban tugas sebagai Menteri Pemuda Dan Olahraga (Menpora) sejak ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo, 23 Oktober 2019. Dia mampu lulus ujian sehingga tidak tergeseser atau bahkan tergusur saat Presiden melakukan reshuffle Kabinet Indonesia Maju, Selasa (22/12/2020) lalu. Namun mampukah dia melewati ujian tahun ini karena tantangan  super berat telah menanti setahun ke depan.  

Belum mereda apalagi berakhirnya pandemi virus corona (Covid-19) akan menjadi tantangan tersendiri bagi Menpora untuk terus menggelorakan semangat berolahraga di Tanah Air setelah hampir semua kegiatan olahraga mati suri dalam setahun ini. Segala instrument di Kementrian Pemuda Dan Olahraga harus  terus digerakkanuntuk membangkitkan semangat berolahraga dan bila mungkin bisa menggelar aktivitas olahraga dengan tetap menerapkan  protokol kesehatan yang ketat seperti yang sudah terjadi di beberapa negara di Eropa. Dengan demikian, olahraga akan mampu menunjukkan diri sebagai garda terdepan dalam memperteguh optimisme bangsa menghadapi Covid-19. 

Hal itu patut menjadi prioritas Menpora karena pada tahun 2021 Indonesia akan menyelenggarakan dan menghadapi pesta  olahraga yang langsung bersentuhan dengan rohnya olahraga yaitu prestasi. Di tahun ini akan  ada Olimpiade Tokyo, Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, dan SEA Games Vietnam. Dari pesta olahraga-pesta olahraga inilah tolok ukur keberhasilan Menpora dalam pembinaan dan peningkatkan prestasi diuji. 

Pada Olimpiade Tokyo, bisakah Indonesia bukan saja mempertahankan namun juga meningkatkan tradisi emas dan perolehan medali. Kemudian pada SEA Games Vietnam bisakah Indonesia melonjakan peringkat dan tidak hanya puas berlabuh di luar tiga besar. Bahkan sebagai mantan raksasa olahraga Asia Tenggara, menempati posisi di luar dua besar seharusnya dinilai sebagai kegagalan meskipun perolehan medali meningkat dari sebelumnya sehingga bisa terus melecut semangat untuk menjadi yang terkuat di pesta olahraga regional ini terus berkobar.

Pelaksanaan PON Papua tidak bisa dipandang enteng atau dilupakan dengan alasan fokus pada olimpiade dan SEA Games. PON yang untuk pertama kali digelar di provinsi ujung Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia ini perlu mendapat perhatian serius. Setelah pelaksanaannya ditunda dari tahun lalu dengan alasan pandemi Covid-19 maka karena pandemi belum juga menyurut, Menpora sudah harus ambil ancang-ancang untuk mempertimbangkan apakah PON tetap dilaksanakan tahun ini? Langkah ini untuk mengantisipasi waktu persiapan atlet yang ideal sehingga PON Papua benar-benar menjadi PON prestasi. Belum lagi bila tetap dilaksanakan tahun ini akan sangat berdekatan dengan SEA Games Vietnam sehingga juga berpengaruh pada konsentrasi dan puncak prestasi atlet. 

Konsentrasi Menpora juga tertuju pada event lainnya yang tidak kalah penting dan terhitung padat.  Ada Asian Indoor and Martial arts Games pada April-Mei mendatang, Paralimpik Tokyo 2020 (Juli-Agustus). Pada bulan Agustus 2021, Indonesia bakal mengikuti ASEAN Para Games dan Islamic Solidarity Games. Bergeser ke bulan September, ada Hari Olahraga Nasional atau Haornas dan World Beach Games. Setelah itu di bulan Oktober ada event yang berkaitan dengan PON yaitu  Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas), Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) dan Pekan Olahraga Pelajar Paralimpik Nasional (Pepapernas). Bergeser ke November, Indonesia juga akan mengikuti Asian Youth Games dan   balapan MotoGP. Pada bulan Desember sebagai penutup ada ASEAN Para Games 2021 di Hanoi, Vietnam.

Indonesia juga seharusnya menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepakbola U-20 pada Mei-Juni 2021. Namun karena Covid-19 maka FIFA membatalkan pelaksanaan itu. Event ini ditunda sampai tahun 2023. 

Dari deretan event itu Indonesia akan menjadi tuan rumah World Beach Games dan MotoGP yang akan dilaksanakan di  Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Menjadi tuan rumah kegiatan olahraga dunia harus dijawab dengan kesiapan yang terbaik sehingga akan mengibarkan nama Indonesia di tingkat internasional. Akan bertambah lengkap bila dalam perhelatan ini Indonesia juga mampu menorehkan prestasi membanggakan sehingga tidak sekadar menjadi tuan rumah yang baik saja.

Harmonisasi 

Di luar kejuaraan dan pesta olahraga yang akan menguji prestasi Indonesia itu Menpora juga mendapat tugas yang tidak kalah beratnya. Sesuai dengan janjinya di awal menjabat, Menpora dituntut untuk lebih mengejewantahkan harmonisasi dalam dunia olahraga di Tanah Air untuk mempercepat peningkatan prestasi. Menpora sudah menyatakan akan menjaga hubungan yang baik antara Kemenpora, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, dan National Olympic Committee (NOC) of Indonesia atau Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Namun janji ini belum terealisasi secara nyata di lapangan karena belum adanya pengaturan yang jelas tentang penerapannya. 

Di sinilah patut dipertimbangkan adanya surat keputusan bersama (SKB) yang mengatur penerapan harmonisasi ini. Dengan adanya SKB ini janji harmonisasi Menpora itu bisa diterapkan dengan nyata di lapangan sehingga tidak hanya sekadar janji di bibir saja. Masalah harmonisasi ini sudah pernah didengungkan oleh Menpora pendahulu Zainudin Amali namun tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Tidak mengherankan bila soal harmonisasi ini hanya janji-janji belaka sehingga “jangan ada dusta di antara kita” kerap mencuat saat pembentukan, pembinaan dan pengiriman kontingen Indonesia harus dilakukan. 

Melihat ke tingkat cabang olahraga, masalah harmonisasi ini juga masih dalam tahap slogan saja. Buktinya masih ada perpecahan dalam kepengurusan induk organisasi cabang olahraga yang sudah berlangsung bertahun-tahun sehingga mengorbankan para atlet. Dapat disebutkan induk organisasi cabor yang mengalami perpecahan antara lain terjadi di tenis meja (PTMSI), balap sepeda (ISSI), kempo (Perkemi). Menpora bersama KONI Pusat harus memberikan perhatian dan memanggil cabor yang bermasalah ini bahkan jika perlu mengeluarkan peringatan keras untuk mengakhiri perpecahan. Jika dibiarkan berlarut-larut maka akan bisa menjalar ke cabor-cabor yang lain. 

Permasalahan harmonisasi ini akan menjadi kunci utama dalam tata kelola olahraga nasional yang diminta dengan tegas oleh Presiden Jokowi untuk dilaksanaka dan bahkan dirombak total. Pada puncak Hari Olahraga Nasional XXXVII Tahun 2020, Presiden yang menghadiri acara melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/9/2020), mengatakan,  untuk meningkatkan prestasi olahraga nasional, tata kelola dan manajemen serta ekosistem olahraga nasional harus ditinjau ulang secara menyeluruh. Sinergi pembinaan atlet oleh lembaga, organisasi cabang olahraga, hingga pemerintah harus dipererat. Tingkatkan sinergi antara organisasi cabang olahraga sampai ke Kemenpora. 

Kepala Negara meminta Menteri Pemuda dan Olahraga untuk mengajak semua pihak terkait dalam merancang ulang sistem pembinaan atlet kita secara besar-besaran. Presiden juga meminta laporan terkait hal tersebut sesegera mungkin. 

Menpora perlu memperhatikan secara serius masalah harmonisasi dan sinergisitas dalam merancang ulang sistem pembinaan atlet secara besar-besaran ini. Bukan saja karena ini permintaan dan akan segera ditagih Presiden namun juga mengingat masih ada keluhan dari beberapa induk organisasi cabang olahraga (Pengurus Besar/Pengurus Pusat) tentang belum ada gerakan nyata yang dilakukan oleh Kemenpora agar arahan tersebut dilaksanakan segera. Selain banyak PB/PP yang merasa kesulitan untuk bertemu dengan Menpora. 

Forum Komunikasi Induk Cabor Indonesia dalam diskusi yang diikuti 15 Cabor yakni PP-IJBA (Jet ski), PP-Persambi (Sambo), PB-Porlasi (Layar), PP-PTMSI (Tenis Meja), PB IPSI (Pencak Silat)  PB-JI (Jujitsu), PB-Fopi (Petanque), PB-PODSI (Dayung), PB-Persani (Senam), PB POBSI (Biliard) PB Perbasi (Basket), PB-Perkemi (Kempo), PB-MPI (Modern Pentathlon), PB-Pelti (Tenis Lapangan) dan PB-Porgatsi (Gateball) mempertegas masalah tersebut.  Forum menyarankan agar Menpora dapat secara rutin melakukan komunikasi /pertemuan dengan seluruh induk cabor yang ada. Sebenarnya telah ada tradisi pertemuan rutin dilakukan oleh Menpora sebelumnya sehingga banyak cabor yang sampai hafal wajah sang Menpora .

Beratnya ujian tahun ini  dan tantangan harmonisasi itu maka Menpora tentu tidak bisa memikul beban sendiri. Mendengar serta menerima masukan-masukan dari para pengurus induk cabor dan seluruh stakeholeder olahraga Indonesia dalam rangka bersinergi untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia menjadi suatu hal yang penting. Meskipun, menurut Undang Undang Sistem Keolahragaan Nasional (UUSKN) Nomor 3 Tahun 2005 pasal 13 Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan secara nasional. Namun bila tetap dilaksanakan secara terpusat oleh Kemenpora maka sejarah lama yang buruk ketika olahraga menjadi ladang korupsi bisa terulang lagi. 

Padahal, Menpora Zainudin Amali sudah membuat langkah bersejarah dengan mengantar Kemenpora meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam Pelaporan Keuangan Tahun 2019 dari Badan Pemeriksa Keuangan. Ini untuk pertama kalinya terjadi  setelah 10 tahun. Prestasi membanggakan ini akan sukar dipertahankan bila Menpora tidak lagi mau menerima masukan dan apalagi transparan dari dan kepada para cabang olahraga khususnya dan para stakeholder olahraga di Tanah Air. Semua tentu tidak ingin sejarah buruk terulang lagi. ***

• Gungde Ariwangsa SH – wartawan suarakarya.id, pemegang Kartu UKW Utama, Ketua Siwo PWI Pusat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG LEBIH LAMA