Oleh: Gungde Ariwangsa SH
PHNOM PENH: Sungguh membanggakan perjuangan para atlet Indonesia pada SEA Games XXXII Tahun 2023 di Kamboja. Pesta olahraga antarnegara Asia Tenggara yang berlangsung sejak Jumat (5/5/2023) baru akan ditutup secara resmi Rabu (17/5/2023). Meskipun pesta belum berakhir para atlet Indonesia sudah mampu mengantar Kontingen Merah Putih bukan saja memenuhi namun juga melampaui target perolehan medali dan menempati posisi tiga besar klasemen perolehan medali. Tambah manis lagi bila tim nasional sepakbola Indonesia mampu melaju ke final untuk berebut emas melawan Thailand, Selasa (16/5/2023) malam.
Ketika saya berangkat dari Jakarta ke Kamboja, Jumat
(12/5/2023) pagi, perjuangan para atlet di berbagai arena baru menghasilkan 43
emas dan Kontingen Indonesia berada di posisi 4 klasemen di bawah Vietnam,
Kamboja dan Thailand. Setelah tiba di Kamboja, Jumat petang, perolehan emas
Indonesia naik menjadi 51 tetapi belum beranjak dari posisi ke-4. Pada Sabtu
(13/5/2023), Indonesia menambah 7 emas meskipun masih di urutan 4 namun
perbedaan emas dengan Kamboja makin tipis karena hanya tinggal 1 keping.
Esok
harinya, Minggu (14/5/2023) menjadi hari
cerah bagi Indonesia karena bukan saja mampu naik ke posisi 3 dengan menggeser
Kamboja namun juga melampaui target perolehan emas dengan raihan 69 emas. Ini
melewati target 60 emas dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito
Ariotedjo dan memenuhi target yang dicanangkan
Presiden Joko Widodo sebanyak 69 emas.
Meskipun telah melampaui dan memenuhi taget Menpora dan Presiden, Kontingen
Indonesia tidak kendor mendulang medali sehingga Senin (15/5/2023), makin kokoh
di peringkat 3 dengan total 76 emas.
Selasa
ini diperkirakan emas Indonesia bisa melewati angka 80. Sungguh menggetarkan
dan membanggakan menyanyikan dan mendengarkan Lagu Indonesia Raya berkumandang
mengiringi Bendera Merah Putih berkibar di puncak di negeri orang ketika acara penghormatan pemenang
SEA Games Kamboja. Terus terang rasa ini hanya ada di olahraga.
Akan
sangat indah dan lengkap pencapaian target itu bila mampu dihiasi emas
sepakbola yang sudah diimpi-impikan sejak SEA Games 1991 di Manila, Filipina.
Namun bagaiamana pun juga dengan pencapaian hingga hari ini, Kontingen
Indonesia pantas diberi apresiasi tinggi. Mulai dari para atlet, pelatih,
manajer tim, pengurus induk organisasi cabang olahraga yang telah mampu
memberikan andil menyumbang medali, terutama emas.
Tidak
ketinggalan pula apresiasi diberikan kepada pihak pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora) di bawah pimpinan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora)
Dito Ariatedjo, National Olympic Committee/Komite Olimpiade Indonesia, Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, tim CdM, tim monitor dan review yang
telah bekerja dengan baik dalam mendukung persiapan kontingen.
Rasa
salut juga pantas diarahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sejak
Hari Olahraga Nasional (Haornas) tahun 2019 mencanangkan perombakan manajemen
pembinaan olahraga Indonesia. Selain itu Presiden Jokowi ketika melepas
Kontingen Indonesia memberi optimisme dengan melontarkan target meraih 69 emas
dalam perjuangan di Kamboja. Jumlah emas
yang sama dengan raihan pada SEA Games Vietnam dua tahun lalu ketika Indonesia
menempati peringkat tiga besar.
Target
yang semula dikhawatirkan akan memberikan beban kepada para atlet ternyata
justru menjadi pelecut semangat untuk meraih yang terbaik dalam membela nama
bangsa dan negara. Ternyata target yang bukan minimalis namun realistis bisa
menjadi senjata untuk memompa perjuangan semua pihak untuk meraihnya. Penetapan
target realistis sudah seharusnya terus dipertahankan sehingga tidak terjebak
pada pencapaian minimalis atau bombastis.
Pencanangan
target menimalis disadari atau tidak justru bisa berdampak pada pelemahan
semangat karena mengecilkan kemampuan diri sendiri. Sedangkan target bombastis
selain akan menjadi beban juga menunjukkan asal bunyi. Realistis dalam
menentukan target juga menunjukkan persiapan yang dilakukan memang on the
track, tidak dikurangi untuk mencari aman dan tidak juga dilebih-lebihkan untuk
sekadar menyenangkan pimpinan.
Memang
ketika Kamboja ditunjuk menjadi tuan rumah ada kekhawatiran Indonesia tidak
akan mampu bertahan di posisi tiga besar dan mempertahankan raihan 69 emas.
Pasalnya Kamboja sebagai tuan rumah memangkas beberapa cabang olahraga seperti
dayung, menembak, panahan sehingga dari dayung saja Indonesia sudah kehilangan
31 emas. Selain itu Kamboja juga
memasukkan beberapa cabang pilihan yang menguntungkan tuan rumah.
Kekhawatiran
itu terus membayangi ketika Kontingen Garuda berangkat apalagi sebelum pesta
dibuka secara resmi sudah ada cabor yang menguntungkan Kamboja dipertandingan
dan memperebutkan emas. Hasilnya memang Kamboja langsung memimpin klasemen dan
Indonesia menempati peringkat lima karena belum mampu meraih emas.
Namun
di hari pertama persaingan setelah SEA Games 2023 secara resmi dibuka,
Kontingen Indonesia mulai memberikan harapan. Selain langsung merebut emas juga
mampu melakukan gebrakan di berbagai arena. Raihan ini langsung mengangkat
optimisme untuk mampu bukan saja memberikan perlawanan namun juga memenangkan
pertandingan dan merebut emas.
Tidak
mengherankan bila Kontingen Indonesia terus mencetak emas demi demi dari
berbagai cabor. Sejak 6 Mei 2023 mulailah Indonesia mencatat tiada hari tanpa
emas. Optimisme makin menyala dan berkobar sehingga beberapa cabor bahkan mampu
muncul sebagai juara umum. Emas terus mengalir sehingga semua kaget namun
bangga ketika raihan Kontingen Merah Putih mampu menyetuh 60 emas dan kemudian
naik lagi menjadi 70 serta bahkan menyentuh 76 emas. Dengan konsisten mendulang
sekitar 15-20 persen dari total emas yang diperebutkan tiap hari Indonesia pun
kini melangkah pasti menuju pencapaian 80 emas.
Dari
apa yang tersaji di Kamboja mulai dari 6 sampai 16 Mei 2023 dapat diteriakan
disini, Indonesia mampu dan bisa. Memang menempati peringkat tiga besar bukan
yang terbaik di Asia Tenggara namun ini bisa menjadi pijakan dan modal untuk
merebut kembali gelar Macan Asia Tenggara setelah lepas sejak tahun 2017.
Harapan
yang bukan bombastis namun pantas untuk diraih Indonesia. Pasalnya, Indonesia
di masa lalu pernah menjadi Macan Asia Tenggara dan memiliki kemampuan untuk
itu. Masalahnya berpulang kepada seluruh punggawa olahraga di Tanah Air dengan
dukungan pemerintah. Maukah serius dan realistis untuk menuju kea rah itu.
Kita tentunya tidak ingin bangga hanya di posisi tiga. Bukankah prestasi olahraga juga menjadi cermin keberhasilan pembangunan suatu negara? ***
·
Gungde
Ariwangsa SH – wartawan, Ketua
Siwo PWI Pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar