Minggu, 05 Mei 2019

Pilpres 2019: Indonesia Dalam Status Perang



Oleh: Gungde Ariwangsa

Bersyukurlah, dalam kondisi perpolitikan yang panas menunggu pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Indonesia masih aman-aman saja. Secara nyata tidak ada gesekan apalagi bentrokan antara pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Padahal paslon 01 Jokow Widodo – Ma’ruf Amin dan duet 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno sudah saling mengkalim kemenangan.  Namun dalam dunia maya kondisinya berbeda 360 derajat.


Pada dunia tidak kasat mata Indonesia sebenarnya sudah berada dalam kondisi perang. Serunya peperangan di dunia maya bisa dirasakan melalui kemajuan teknologi informasi yang bernama internet. Kedua kubu sudah saling serang  dengan panas dan ganas. Saling tuduh dan fitnah tak mampu dibendung lagi.    Tiap hari - bahkan detik, menit, dan jam -, berseliweran  senjata-senjata berupa kata dan kalimat serta foto yang menusuk serta mematikan lawan.

Satu sama lain mengaku paling benar. Sampai-sampai ada yang memproklamirkan diri paling benar dan jujur. Tidak terelakan saling tuding melakukan kecurangan dan kebohongan terus berlangsung. Kondisi yang sangat mengkhawatirkan karena sepertinya bangsa ini hanya diisi oleh para pembohong, pembuat curang dan pendusta. 

Dalil-dalil pembenar sudah tidak mampu mengatasi itu. Masyarakat kini cendrung untuk lebih mencari hal-hal yang berbau kecurangan. Permainan dan trik-trik kecurangan lebih menarik untuk dinikmati dan kemudian diomongkan dan didiskusikan.

Markas KPU tidak ketinggalan diserang. Ada upaya untuk menghack website sistem hitung real count KPU itu. Tentunya untuk mengotak-atik perolehan suara demi keuntungan kubu masing-masing.

Di pihak lain ada juga yang berusaha mengamankan situng KPU itu. Beberapa ahli teknologi informasi dikerahkan untuk membentengi situng.

KPU sendiri juga menyatakan kebal terhadap serangan-serangan dari luar. Sejauh mana kebenarannya masih terus menjadi tanda tanya. Pasalnya ada yang menemukan, situng tidak benar-benar kebal. Terlacak ada aliran dari titik tertentu yang mengalir ke KPU dengan tujuan tertentu.

Dalam mempertahankan diri dari berbagai gempuran itu KPU beberapa kali melakukan kekeliruan pencatatan suara. Alasannya karena salah input. Jelas ini bukan saja menimbulkan pertanyaan besar tetapi juga makin menyurutkan kepercayaan terhadap kinerja KPU.

Apalagi sebelumnya sempat beredar hasil Pilpres yang didasarkan pada laporan berbagai pihak meskipun tidak resmi namun dipercaya cukup fair. Ada laporan perhitungan hasil Pilpres dari Babinsa, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandi,  Partai Demokrat dan juga beberapa ahli IT yang menuangkannya dalam situs judil. KPU tampak seperti terpukul. Langkah yang tidak sesuai dengan iklim demokrasi pun dilakukan. Situs tersebut dicabut alias dibredel.

Tentu itu makin melunturkan kepercayaan terhadap KPU. Klaim paling benar makin mencuat. Perang di dunia maya pun bertambah memanas. Masing-masing kubu memperkuat perhitungannya dengan menganggap KPU sebagai angin lalu karena ada kecurigaan anginnya sudah menunju ke satu arah.

Peperangan dunia maya dimensi lain juga mulai mencuat. Ini sering dengan terus bertambahnya petugas pemungutan suara yang meninggal dunia. Sudah ratusan orang yang meninggal. Kejadian ini menimbulkan spekulasi sudah terjadi serangan ilmu hitam yang membutuhkan darah.

Percaya atau tidak? Semua berpulang pada pihak yang menerima hal itu. Namun yang jelas itu sudah mencerminkan adanya saling serang. Suatu peperangan yang belum saja meledak ke dunia nyata. Lama-lama kelamaan hal ini bisa merembet ke dunia nyata mengingat masing-masing kubu yang bertarung masih terus memanaskan situasi. Bukan sebaliknya berusaha menahan diri untuk mengademkan suasana.

Penarikan pasukan oleh Polri ke Jakarta juga menimbulkan anggapan suasana genting akan adanya perang. Seruan melakukan people power juga menjadi bentuk perlawanan. Kemudian kini di-mana muncul gerakan masyarakat yang memproklamirkan terpilihnya Prabowo – Sandi sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI.

Poster-poster Prabowo – Sandi sebagai pemimpin baru bermunculan. Ketika aparat berusaha menurunkannya, masyarakat justru ngotot mempertahankannya. Gambaran adanya upaya menyerang dan membela diri. Jika kondisi makin memanas bukan tidak mungkin ini akan meletus menjadi bentrokan.

Penyebutan suasana perang bisa saja dianggap sebagai berlebihan. Namun yang jelas kengototan masing-masing kubu sudah membuat masyarakat terbelah. Kalau pun tidak mau disebut perang bisa diturunkan menjadi perang dingin atau pun seperti api dalam sekam. Semoga apinya bisa dipadamkan sebelum meledak ke permukaan. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG LEBIH LAMA