Oleh: Gungde Ariwangsa SH
Adakah ini suatu kebetulan? Ataukah alam
sudah mengaturnya seperti ini? Di tengah-tengah makin ganasnya serangan wabah
virus corona (Covid-19) di Indonesia tiba-tiba saja Gunung Merapi meradang. Dua
kejadian yang menarik untuk dicermati ke depannya.
Wabah Covid-19 benar-benar membuat
seluruh masyarakat khawatir dan cemas. Apalagi serangan virus yang muncul dari
Wuhan, China ini penyebaran dari hari ke hari makin meluas. Bukan saja korban
terinfeksi bertambah namun juga korban meninggal terserang virus mematikan ini
juga meningkat.
Di dunia, Covid-19 sudah menyebar ke
lebih dari 100 negara sehingga WHO
(Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkannya sebagai pandemic global. WHO juga
menyatakan Covid-19 sebagai musuh nomor satu masyarakat. Sampai Jumat (27/3/2020), Covid-19 sudah
merambah ke 199 negara/kawasan dengan jumlah terinfeksi 465.915 dan korban
meninggal 21.031 orang.
Indonesia yang baru secara resmi
mengumumkan tertembus wabah ini 2 Maret 2020 harus menerima kenyataan penderita
dan korban terus bertambah. Sesuai dengan data Jumat (17/2/2020) pukul 18:30
WIB, tercatat 1.046 yang positif. Naik dari 893 sehari sebelumnya. Yang
meninggal 87 orang. Sedangkan yang sembuh 46 orang.
Kasus Covid-19 di Tanah Air sudah
menyebar ke-28 dari 34 provinsi. DKI Jakarta menjadi yang tertinggi dengan
jumlah kasus terkonfirmasi: 598 pasien sembuh: 31 pasien meninggal: 51. Setelah
itu Jawa Barat dengan kasus terkonfirmasi: 98 pasien sembuh: 5
pasien meninggal: 14. Berikutnya Banten dengan kasus terkonfirmasi: 84 pasien
sembuh: 1 pasien meninggal: 4
Dalam upaya menanggulangi penyebaran
Covid-19, pemerintah telah melakukan beberapa langkah, mulai dari menyediakan
rumah sakit rujukan khusus penanganan virus corona hingga penyaluran APD. Pemerintah
juga sedang merancang peraturan pemerintah (PP) yang mengatur kapan pemerintah
daerah dapat melakukan karantina kewilayahan.
Di tengah perjuangan memerangi Covid-19
itu, tiba-tiba Gunung Merapi meradang.
Gunung Merapi erupsi dengan tinggi kolom 5 kilometer kemudian jarak awan panas
sampai 2 kilometer pada Jumat (27/3/2020) sekitar pukul 10.56 WIB. Letusan yang
didominasi gas vulkanik itu
mengakibatkan hujan abu vulkanik. Sebaran abu sampai jarak 20 kilometer
dengan durasi erupsi selama 7 menit.
Namun Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta belum menaikkan
status Gunung Merapi atau masih level II. Meskipun demikian warga sekitar
Merapi perlu waspada karena kejadian letusan semacam itu dapat terus terjadi
mengingat suplai magma dari dapur magma masih berlangsung. Selain itu, pada
musim hujan ini, perlu diwaspadai kejadian banjir lahar.
Erupsi Gunung Merapi di kala Indonesia
diserang wabah Covid-19 yang mematikan bisa dilihat dari sisi positif dan
negatif. Banyak yang berharap, letusan hawa panas Merapi sebagai pertanda alam
bereaksi untuk memberantas dan mematikan Covid-19 yang tidak tahan panas.
Reaksi alam ini mengisyaratkan, perlunya kelugasan dalam perjuangan mengusir
Covid-19. Jangan ragu dan bimbang mengingat kesempatan semakin sempit.
Dari sisi lain, meradangnya Merapi, bisa
juga menambah berat perjuangan. Jika sampai terus bergejolak maka bisa ada
penyertaan timbulnya gempa bumi yang menuntut masyarakatkan harus ke luar rumah
untuk menyelamatkan diri. Tentu berlawanan dengan imbauan tidak ke luar rumah
dalam menahan laju Covid-19.
Kemudian dampak letusan bisa dipikirkan
untuk daerah sekitar Merapi yang terletak di
Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah) dan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta).
Bila membesar letusan Merapi bisa menjadi bencana nasional yang juga menuntut
peran dari pemerintah pusat.
Kemanakah tanda alam itu menuju? Dalam
menanti jawabannya tidak cukup hanya dengan waspada namun juga dibutuhkan
meningkatkan sikap eling. Bukan eling kepada harta, benda, dan kedudukkan.
Namun eling kepada Tuhan yang maha pencipta, pelindung dan pelebur.
Eling kepada nasib sesama manusia dan alam yang merupakan ciptaan-Nya. Dengan
eling kepada Tuhan YME dan waspada
semoga alam tidak enggan lagi bersababat
dengan kita.
* Gungde Ariwangsa SH – wartawan suarakarya.id pemegang kartu UKW Utama.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar