Minggu, 12 Juli 2020

Virus Corona Menyerang, Gunung Merapi Meradang


Oleh: Gungde Ariwangsa SH

Adakah ini suatu kebetulan? Ataukah alam sudah mengaturnya seperti ini? Di tengah-tengah makin ganasnya serangan wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia tiba-tiba saja Gunung Merapi meradang. Dua kejadian yang menarik untuk dicermati ke depannya.


Wabah Covid-19 benar-benar membuat seluruh masyarakat khawatir dan cemas. Apalagi serangan virus yang muncul dari Wuhan, China ini penyebaran dari hari ke hari makin meluas. Bukan saja korban terinfeksi bertambah namun juga korban meninggal terserang virus mematikan ini juga meningkat.

Di dunia, Covid-19 sudah menyebar ke lebih dari 100 negara  sehingga WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkannya sebagai pandemic global. WHO juga menyatakan Covid-19 sebagai musuh nomor satu masyarakat.  Sampai Jumat (27/3/2020), Covid-19 sudah merambah ke 199 negara/kawasan dengan jumlah terinfeksi 465.915 dan korban meninggal 21.031 orang.

Indonesia yang baru secara resmi mengumumkan tertembus wabah ini 2 Maret 2020 harus menerima kenyataan penderita dan korban terus bertambah. Sesuai dengan data Jumat (17/2/2020) pukul 18:30 WIB, tercatat 1.046 yang positif. Naik dari 893 sehari sebelumnya. Yang meninggal 87 orang. Sedangkan yang sembuh 46 orang.

Kasus Covid-19 di Tanah Air sudah menyebar ke-28 dari 34 provinsi. DKI Jakarta menjadi yang tertinggi dengan jumlah kasus terkonfirmasi: 598 pasien sembuh: 31 pasien meninggal: 51. Setelah itu  Jawa Barat dengan  kasus terkonfirmasi: 98 pasien sembuh: 5 pasien meninggal: 14. Berikutnya Banten dengan kasus terkonfirmasi: 84 pasien sembuh: 1 pasien meninggal: 4

Dalam upaya menanggulangi penyebaran Covid-19, pemerintah telah melakukan beberapa langkah, mulai dari menyediakan rumah sakit rujukan khusus penanganan virus corona hingga penyaluran APD. Pemerintah juga sedang merancang peraturan pemerintah (PP) yang mengatur kapan pemerintah daerah dapat melakukan karantina kewilayahan.

Di tengah perjuangan memerangi Covid-19 itu,  tiba-tiba Gunung Merapi meradang. Gunung Merapi erupsi dengan tinggi kolom 5 kilometer kemudian jarak awan panas sampai 2 kilometer pada Jumat (27/3/2020) sekitar pukul 10.56 WIB. Letusan yang didominasi gas vulkanik itu  mengakibatkan hujan abu vulkanik. Sebaran abu sampai jarak 20 kilometer dengan durasi erupsi selama 7 menit.

Namun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta belum menaikkan status Gunung Merapi atau masih level II. Meskipun demikian warga sekitar Merapi perlu waspada karena kejadian letusan semacam itu dapat terus terjadi mengingat suplai magma dari dapur magma masih berlangsung. Selain itu, pada musim hujan ini, perlu diwaspadai kejadian banjir lahar.

Erupsi Gunung Merapi di kala Indonesia diserang wabah Covid-19 yang mematikan bisa dilihat dari sisi positif dan negatif. Banyak yang berharap, letusan hawa panas Merapi sebagai pertanda alam bereaksi untuk memberantas dan mematikan Covid-19 yang tidak tahan panas. Reaksi alam ini mengisyaratkan, perlunya kelugasan dalam perjuangan mengusir Covid-19. Jangan ragu dan bimbang mengingat kesempatan semakin sempit.

Dari sisi lain, meradangnya Merapi, bisa juga menambah berat perjuangan. Jika sampai terus bergejolak maka bisa ada penyertaan timbulnya gempa bumi yang menuntut masyarakatkan harus ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Tentu berlawanan dengan imbauan tidak ke luar rumah dalam menahan laju Covid-19.

Kemudian dampak letusan bisa dipikirkan untuk daerah sekitar Merapi yang terletak di  Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah) dan  Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta). Bila membesar letusan Merapi bisa menjadi bencana nasional yang juga menuntut peran dari pemerintah pusat.

Kemanakah tanda alam itu menuju? Dalam menanti jawabannya tidak cukup hanya dengan waspada namun juga dibutuhkan meningkatkan sikap eling. Bukan eling kepada harta, benda, dan kedudukkan. Namun eling kepada  Tuhan  yang maha pencipta, pelindung dan pelebur. Eling kepada nasib sesama manusia dan alam yang merupakan ciptaan-Nya. Dengan eling kepada Tuhan YME  dan waspada semoga alam tidak enggan lagi bersababat  dengan kita. 

* Gungde Ariwangsa SH – wartawan suarakarya.id pemegang kartu UKW Utama.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG LEBIH LAMA