Oleh: Gungde Ariwangsa SH
Upacara pembukaan
Asian Games XVIII tahun 2018 sudah berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan,
Jakarta, Sabtu, 18 – 8 – 2018. Resmi sudah Indonesia menjadi tuan rumah pesta
olahraga antarnegara Asia itu. Selanjutnya Indonesia memasuki tugas berikutnya
yang merupakan ujian sesungguhnya, menyelenggarakan dan memenangkan
pertandingan untuk mewujudkan target sukses penyelenggaraan dan prestasi.
Selama dua pekan
ke depan, mulai Minggu (19/8/2018) hingga Minggu (2/9/2018), pesta akan
dipenuhi oleh keriuhan persaingan lebih kurang 15.000 atlet dari 45 negara peserta. Semuanya berjuang
untuk meraih yang terbaik dalam 465 nomor pertandingan dari 40 cabang olahraga
yang dipertandingkan. Memeras pikiran dan tenaga untuk menaklukkan lawan di
berbagai arena yang tersebar di Jakarta, Palembang Sumatera Selatan dan beberapa lainnya di Jawa Barat.
Bertarung untuk
meraih medali emas sebagai bentuk penghargaan sebagai yang tercepat, tertinggi
dan terkuat. Citius, Altius, Fortius. Mengingat
para atlet yang berlaga ada juga yang berbrestasi dunia maka gelar terbaik pada
Asian Games ini bukan berlevel Asia namun juga bisa melahirkan level dunia.
Demi memberikan
yang terbaik untuk bangsa dan negaranya, para atlet tentu berkosentrasi penuh
dalam setiap laga yang dijalaninya. Di sinilah dibutuhkan pelayanan yang
terbaik bagi para atlet mulai dari sebelum, selama dan sesudah pertandingan.
Panitia pelaksana Asian Games XVIII (Inasgoc) diharapkan mampu mengatur dan
memenuhi segala kebutuhan atlet dan tentunya juga perangkat pertandingan dengan
baik.
Mulai dari
kenyaman tinggal di perkampungan atlet, berangkat dan sampai tepat waktu di
arena pertandingan dan kembali tiba di perkampungan atlet dengan tepat waktu
juga. Arena pertandingan juga perlu dipersiapkan sesuai dengan standar
internasional masing-masing cabang olahraga. Jangan sampai muncul kelalaian dan
kekurangan sehingga bisa meletupkan ketidakpuasan yang menodai pergelaran Asian
Games kali ini.
Hal itu membutuhkan kerja keras dari Inasgoc. Jangan sampai
segalanya dibiarkan berlangsung dengan prinsip yang terjadi terjadilah. Ini mengingat beberapa keluhan yang muncul
sebelum acara pembukaan berlangsung.
Pengaturan di perkampungan atlet perlu ditata sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas. Jika ada kontingen yang kekuarangan kamar perlu
segera diatasi dengan mencarikan alternatif lain. Demikian juga dalam
penyediaan kantor masing-masing kontingen yang akan dipakai untuk koordinasi,
rapat dan mengatur kebutuhan setiap kontingen yang tentunya berbeda-beda.
Kantor, tepatnya posko, setiap kontingen di perkampungan atlet jangan seadanya
namun disiapkan sebaik mungkin.
Itu untuk menjaga
agar tidak terjadi lagi nasib buruk menimpa tim tenis Indonesia yang tidak
mendapat kamar di perkampungan atlet yang terletak di Jakabaring Sport City,
Palembang, Sumatra Selatan. Atlet menembak Indonesia
harus tidur di Lapangan Tembak Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, dengan beralaskan karpet. Beberapa dari mereka bahkan ada yang
harus menginap dengan biaya sendiri. Sebab, tak ada anggaran untuk menutupinya.
Kemudian Timnas sepakbola putri Indonesia terpaksa angkat
kaki dari perkampungan atlet (Athlete Village) di Jakabaring dan pindah ke hotel The Zuri Palembang, Perpindahan
membuat pengawasan kepada para pemainnya
sedikit lebih sulit. Meskipun fasilitas di perkampungan atlet kurang baik
sebenarnya ofisial lebih memilih tinggal di perkampungan.
Kesiapan sejumlah venue juga perlu diantisipasi dengan
cepat. Misalnya di JIEXPO Kemayoran,
Jakarta Pusat yang akan menjadi tempat pertandingan wushu, senam, dan angkat
besi. Namun, perlengkapan untuk cabor belum lengkap karena baru mencapai sekira
50 persen. Dengan kondisi itu, otomatis jadwal uji coba tempat yang seharusnya
dilaksanakan Selasa ini (14/8/2018), tak dapat dipenuhi.
Senada dengan
JIEXPO Kemayoran, GOR Bulungan di Jakarta Selatan--lokasi cabor bola voli--juga
belum siap. Saat ini, GOR Bulungan masih dalam tahap pemugaran fasilitas
pelayanan umum hingga kapasitas penonton.
Selain venue pertandingan, ketidaksiapan penggunaan
fasilitas Asian Games juga dapat dilihat di GBK Arena. Gedung berlantai delapan
yang terletak persis di sebelah Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Pusat itu,
biasanya digunakan para atlet untuk melakukan pemanasan atau latihan. Menurut detikSport,
hingga kondisinya jauh dari kata siap.
Fasilitas dua venue di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang belum rampung.
Padahal, keduanya merupakan bagian dari 12 venue yang akan digunakan. Venue
yang belum rampung tersebut adalah triathlon dan takraw.
Selain itu
masalah identitas bangsa dan negara, perlu juga kehati-hatian dalam memasang
bendera negara peserta. Jangan sampai terjadi kesalahan cetak, letak dan
pemasangan. Kejadian pemasangan bendera Singapura yang terbalik harus menjadi
pelajaran. Kemudian keakuratan pembuatan bendera Korea Utara perlu diperhatikan
disamping menyediakan bendera Korea Bersatu. Perubahan status Kuwait yang kini
bisa memakai bendera negaranya membutuhkan penyediaan bendera baru.
Tanpa kontrol yang baik bisa menimbulkan hal-hal yang
berdampak besar. Berkibarnya bendera Israel,
negara Asia yang tidak ikut Asian Games karena
dikucilkan, harus dihindari.
Setelah pesta dibuka, masih banyak pekerjaan rumah yang
kecil namun berdampak besar, harus diselesaikan. Kecuali memang, Inasgoc
berprinsip yang terjadi, terjadilah maka Asian Games 2018 sudah cukup dianggap
sukses dengan hanya menggelar upcara pembukaan. ***
* Gungde Ariwangsa SH – wartawan suarakarya.id, Ketua Harian
Siwo PWI Pusat, HP: 087783358784, e-mail: aagwaa@yahoo.com,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar